Dalam suatu Perencanaan Wilayah dan Kota kita tidak hanya harus tahu mengenai aspek fisik wilayah atau kota tersebut tetapi juga dengan mengetahui perkembangan morfologi dan arsitektur suatu kota. Eiitts tapi jangan salah artikan morfologi tidak hanya mengenai suatu bentuk fisik perkotaan saja, tetapi juga membahas aspek non fisik suatu kawasan dengan lebih luas dimana aspek non fisik itu mempengaruhi proses perubahan kota..Nah, ini salah satu hasil tugas saya dalam memenuhi tugas Mata Kuliah Morfologi dan Arsitektur Kota semogaa bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi semuanya...Amin... Check it out... :)
REVIEW PERKEMBANGAN MORFOLOGI DAN ARSITEKTUR KOTA SRAGEN
ARTIKEL “MENGENAL SRAGEN LEBIH DEKAT”
Sragen merupakan sebuah kabupaten atau kota yang masih dalam tahap perkembangan sampai saat ini. Secara umum sragen terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah, dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur. Wilayah Sragen sendiri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Wilayah Utara Bengawan Solo dan Wilayah Selatan Bengawan Solo. Antara kedua bagian ini terdapat perbedaan kondisi geografis dimana wilayah Selatan Bengawan Solo lebih subur daripada wilayah Utara. Apabila keduanya tidak dikoordinir dengan baik akan mengakibatkan kesenjangan antara kedua wilayah tersebut. Batas wilayah kota Sragen sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Sebelah Selatan Kabupaten Karanganyar, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Dari sisi aksesibilitas, dapat dinilai bahwa Sragen telah memiliki aksesibilitas yang baik. Keistimewaan dari Sragen terletak pada Jalur utama Sragen yaitu jalur Solo – Surabaya yang membentang dari arah Surakarta dan mampu mengakomodasi segala jenis kendaraan. Selain itu Sragen juga dilintasi jalur kereta api lalu lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya – Jogjakarta – Jakarta) dengan stasiun terbesarnya Sragen, serta lintas Semarang – Solo dengan stasiun terbesarnya Gemolong. Terlihat pada kondisi Kota Sragen sekarang sudah cukup mengalami perkembangan yang baik seperti terlihat aspek transportasi seperti yang dijelaskan di atas. Hal ini dapat mengakomodasikan kebutuhan nyata masyarakat untuk lebih mempermudah perjalanan menuju kota Sragen maupun kota – kota lainnya sesuai dengan strategi dan arah pembangunan kabupaten atau kota.
Dalam perkembangan morfologi suatu perkotaan dapat dilihat melalui perkembangan ekonomi kota tersebut, seperti halnya kota Sragen. Berdasarkan perhitungan sementara BPS tahun 2004, perekonomian Sragen masih dalam tahap pemulihan. Pertumbuhan ekonomi Sragen masih dikategorikan kecil, yaitu sebesar 4,54% pada tahun 2004. Namun, pada tahu 2003 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 3,26%. Kecilnya pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan belum mapannya pertumbuhan ekonomi secara regional maupun nasional dan juga sebagai akibat turunnya produksi sektor pertanian yang merupakan penyumbang PDRB terbesar. Dengan mempertahankan maupun meningkatkan sektor pertanian Kota Sragen menjadi lebih baik lagi pada tahun – tahun berikutnya maka Sragen mengarah pada perbaikan ekonomi wilayah.
Aspek utama penunjang perekonomian kota Sragen antara lain adalah Aspek Pertanian, hal ini karena sejak jaman dahulu hingga sekarang kota Sragen disebut dengan kota lumbung padi jawa tengah. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya agar menyuburkan tanah marginal. Aspek kedua yang perlu diperhatikan juga adalah aspek industri, Dengan adanya pemfokusan pengembangan industri yang ramah lingkungan yang tertera pada program pembangunan kota Sragen tidak hanya meningkatkan nilai perekonomian kota Sragen tetapi juga meningkatkan perkembangan morfologi kota sragen menjadi lebih baik lagi. Aspek ketiga adalah aspek perdagangan dan jasa, program pembangunan sector perdagangan di Sragen ini berorientasi pada ekonomi kerakyatan dengan arah pemasaran melalui promosi produk unggulan daerah (PUD) di kota – kota besar, dengan adanya hal tersebut jika terus bertahan dimungkinkan perekonomian akan terus bertahan sehingga berpengaruh pada perkembangan morfologi kota sragen juga. Yang keempat adalah pariwisata, kota Sragen memiliki beberapa objek wisata seperti Waduk Kedungombo dan pemandian air panas.
Perkembangan morfologi lainnya yang tampak pada kota Sragen adalah Peningkatan Pelayanan Administrasi Publik Kota Sragen yang menerapkan pengadopsian system perusahaan ke dalam system pemerintahan. Pengadopsian sistem ini memperpendek rantai birokrasi sehingga dapat mengikis praktik korupsiserta menghilangkan pungutan liar dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Dengan adanya peningkatan pelayanan public tersebut dampak yang dirasakan masyarakat Sragen cukup banyak diantaranya perizinan menjadi mudah dan tidak bertele – tele, sehingga pemkab dapat lebih akuntabel dan dapat terkontrol. Dampak yang dapat dirasakan langsung adalah adanya peningkatan asset badan usaha miliki desa dan dampak terhadap ekonomi sangat baik, contohnya terjadi penyerapan kredit dan tenaga kerja. Masyarakat juga mengakui bahwa pelayanan administrasi publik menjadi mudah dan transparan.
Penyelenggaraan Pemerintahan berbasis e – governance juga berdampak pada perkembangan morfologi Sragen menjadi lebih baik, seperti penggunaan sistem online oleh masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh pemkab. Terbukti di beberapa desa pada tahun 2007 sudah dapat menggunakan sistem online walau baru sebatas percontohan saja. Sistem online ini diterapkan tidak hanya di pemerintahan kabupaten kota Sragen saja tetapi juga di semua jajaran struktural seperti Departemen Agama, BPN, dan BPS. Teknologi informasi ini digunakan Sragen untuk mengontrol dan mempercepat pekerjaan, reporting, serta telekonferensi. Dengan teknologi WAP-line, penggunaannya dapat menjadi lebih murah serta dapat digunakan untuk internet. Selain itu juga terdapat penghematan kertas, karena seluruh informasi diakses melalui computer.
Dalam penerapan semua program pembangunan untuk menuju perkembangan morfologi kota menjadi lebih baik khususnya kota Sragen, tentu akan banyak dijumpai berbagai macam hambatan dan tantangan. Untuk itu, diperlukan komitmen dari pemimpin dalam menciptakan suasana perkotaan yang good – governance. Apabila pemimpin sudah memiliki komitmen yang besar maka semua penerapan baik peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal, penanggulan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang tercantum dalam program pembangunan perkotaan akan dapat terlaksana dengan baik dan nantinya perkembangan perkotaan khusunya kota Sragen menjadi lebih maju sehingga dapat menarik para peminat atau pendatang dari daerah lain yang ingin berdomisili di kota Sragen. Banyak hal yang dipelajari dengan mengenal Kota Sragen dari pengalamannya yang dapat dijadikan acuan bagi kota – kota kecil lainnya di Indonesia.
Sumber:
Artikel dalam Infourdi (Info Urban and Regional Development Institute) dengan judul “Profil: Mengenal Kota Sragen” oleh Suryaputrianita Satyanugraha, terbit tanggal 12 Februari 2007, hal : 21 – 23.
0 komentar:
Posting Komentar
your's comment please..... :))